Waktu adalah saksi dimana untuk kesekian kalinya aku gagal mencapai dimensi hati.
Mungkin tak harus berdiam ketika merasa angin menikam, karena sebenarnya itu juga keindahan yang datang dalam bahsa berbeda....
Langit : ( Membiru di ketinggian )

Jingga :
Aku senantiasa menatap langit dari tempat kuberdiri, lalu kembali kumenundukan wajah.
Langit terlampau menyilaukan. mataku saja tak mampu,
bagaimana tanganku bisa mennyentuh... :)

Langit : ( Membiru, menyapa semua yang mampu melihatnya )

Jingga :
Mungkin aku hanya tak terlihat... Ya, aku tak terlihat.
Tapi kusenang berlindung di antara kabut - kabut bulan April yang semakin pekat ini.


...dan waktu tetap adalah perjalanan panjang yang belum lagi menemui tepi....
bingung memilih arah yang akan ditapaki menyongsong esok. Bukan karena banyak arah jalan disekeliling, namun karena hanya lapangan kosong tak bertanda arah yang tampak...
dan semua berkabut....................................................

puisi, mempawah, puisi langit mempawah, puisi indonesia, sastra indonesia, Indonesian literature, Puisi cinta, Kesusastraan Indonesia
By. ZeLika_Merry Mempawah, dalam April.

2 komentar:

  1. Warna langit yg biasanya biru
    Berubah warna putih seperti salju
    Semakin indah turun dibumi hatiku
    Mengalir kesejukan semangat dijiwaku
    Kabut hitam dihatiku hanyut bersama senyum2 indah sahabat2ku.....

    BalasHapus
  2. :) Puisi berkabut, tapi senyum tetap jadi cahaya..

    BalasHapus

 
Blogger TemplateLangit Jingga di Mempawah © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top