( Lihatlah Laut, tempat kita bertemu merangkai - rangkaikan ujung buih gelombang.)
...Sebanyak
butir pasir dipantai itu yang menghamparkan ke-ada-an di garis paling
sisi, seperti itu rindu membiak-an diri, menebar butir - butir derunya
pada pantai hati.
Kau tentu ingat laut, yang ketika kita mendekap resah ia mengkilaukan jingga yang dibagi mentari padanya.
"Aku ingin jadi jingga..." bisikku
Kau
tertawa saja dan menyanggah ucapanku. Katamu, Ombak itu lah aku. Yang
berlari - lari tiada letih, Selalu ceria dan bersemangat menyongsong
waktu.
"Ah.. apa menurutmu aku ini pecicilan? Tak tetap
pendirian? Tak bisa diam? Atau malah jangan - jangan kau juga ingin
mengatakan bahwa hatiku juga suka berlari - lari?" Aku memasang wajah
cemberut.
"Hey hey.. bukan begitu... Kamu itu seperti
ombak, ombakku, yang berlari - lari tiada letih di hatiku. Membuat
getar didalamnya, membersihkan pantai hatiku dari pencemaran emosi."
Ah ya, kau merayu... tapi aku suka kau rayu.
"Lalu, bila aku ombak yang berlari - lari itu maka kau apa?" Tanyaku
"Aku pasir yang menghampar di sepanjang pantai ini...."
"Pasir? Kenapa pasir?"
"Ya,
pasir ini. Tempat kau pulang, tempat kau melabuhkan setiap hempasan,
cinta, rindu, suka, duka, ceria, amarah. Apapun. Aku menggenggammu
namun tidak membatasi gerakmu. Kau masih bisa berlari ketengah
samudera, bermain dengan buih, tapi kau pulang padaku, Pasirmu,
rumahmu."
"Tapi... tak setiap ombak bertemu pasir dipantai, kadang disebuah pantai yang ada hanya lumpur..."
"dan
tak setiap pasir bertemu ombak kan? Di gunung, dikali, ditempat
bangunan juga banyak pasir, hehehe... Pasir - pasir itu tak bertemu
ombak. Aku tak berkata bahwa semua pasir adalah aku dan semua ombak
adalah dirimu. Kau ombak dipantai hatiku, dan aku adalah hamparan pasir
dipantai hatimu. Kita adalah Pasir dan Ombak yang ada di sebuah
pantai, pantai yang kita ciptakan sendiri dengan mengikat-eratkan hati
kita."
Kau mempererat dekapanmu, kurasa kau tau bahwa
rindu yang ada dihatiku sebanyak butir pasir yang kaulambangkan sebagai
dirimu dan se-bergemuruh ombak yang kau katakan itu aku...
Kalau
pun kali ini kau juga hanya sekedar merayu, tapi aku membiarkan diriku
hanyut didalamnya. Aku ingin mempercayai kau saja, biar hatiku ikhlas
bahagia, biar senyumku tak lagi patah. Tetaplah setia untukku, seperti
pasir yang setia menunggu ombak dipantai kita.
^____^
( Belajar Menulis Fiksi )
JUNI 2012