Aku ingin menangis, Emak.
Menumpahkah riuh kelabu yang terkumpul berwaktu - waktu.
Ikhlas itu perkara rumit tuk ku leburkan dalam tiap bahasa jiwa dan gerak tubuh.
Hatiku masih takluk, Emak.
Masih takluk pada keinginan yg bersemayam diatas harap.
Aku menangis, Emak.
Dekap aku meski kita berjarakan 'ketidaktahuan'mu,
tapi engkau pasti mengerti pada gurat sendu yang mengambang pada mata ini..
Kembali lagi aku pada titik terendah,
kalah pada rasa sedih..
Sapa lembut angin terasa badai yg menghuyung.
Berubahkan inderaku dalam mengenali rasa?
Aku tak bisa menyeka kering airmata, emak.
Kelapangan dada entah sejak kapan penuh sesak...
Raih kejatuhanku, Emak.
Jangan biarkan pekat menyirnakan yang sebenarnya aku
Jangan....
...
Home
»
Kesusastraan Indonesia
»
PUISI
»
puisi indonesia
»
PUISI LANGIT MEMPAWAH
»
sastra indonesia
» Titik Terendah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar