..........dan

Selalu ada jalan diantara keberadaan hati. Sebagai tanda bahwa keduanya berhubungan dan saling menuju, juga sebagai tanda bahwa keduanya memang terpisah.

Jalan itu adalah hubungan yang membangun dunia sendiri dimana kita bisa melebur diri tanpa perlu mengganti identitas kulit hati. Jalan itu mungkin Juga lukisan yang kita padukan warnanya agar menjadi sebuah pemandangan menyejukan mata.

Kau tau telah berapa jauh kita berjalan menuju masing- masing dari diri kita? Purnama – purnama mungkin mencatatnya bila kita alpa. Sesungguhnya sudah sangat jauh bukan? Apa kau sudah sampai ke hatiku? Kenapa jalanku menuju hatimu terasa begitu panjang dan melelahkan? Bahkan aku selalu menemui liku – liku rumit yang membuat langkah ini terseok. Memang sejauh itukah jalannya? Atau aku yang terlalu lamban berlari?

Selalu ada jalan diantara keberadaan hati. Sebagai tanda bahwa keduanya berhubungan dan saling menuju, juga sebagai tanda bahwa keduanya memang terpisah.

Aku ingat kata-kata “Selalu ada jalan ke Roma”, yang banyak diartikan bahwa selalu ada jalan menuju tujuan yang kita maksudkan. Melewati jalan darat, laut, udara, ataupun bantuan dunia gaib (menghilang sekejap mata begitu saja), selalu ada cara untuk tetap bisa mencapai Roma. Tapi hati bukanlah ibu kota dari sebuah negeri, melainkan ibukota dari diri… dari satu kehidupan. Dan hati mu, bukan Roma, yang bisa dituju dengan banyak jalan tuk tetap sampai. Karena meski tak berkaki, hati bukan benda mati yang tak bisa lari.

…karena jalanku kehatimu, tak kunjung sampai.

Selalu ada jalan diantara keberadaan hati. Sebagai tanda bahwa keduanya berhubungan dan saling menuju, juga sebagai tanda bahwa keduanya memang terpisah.

Jadi, jalan diantara keberadaan hatimu dan hatiku sebagai penghubung atau pemisah???

.....




( SEPTEMBER 2012 )

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blogger TemplateLangit Jingga di Mempawah © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top